Perbedaan Sloof dan Tie Beam: Fungsi & Metode Pengerjaan

Perbedaan Sloof dan Tie Beam – Sebagai tempat tinggal dan berlindung, perencanaan dalam membangun rumah sangatlah penting. Jika tanpa rencana, maka pembangunan bisa asal-asal, bahkan bisa membahayakan penghuninya. Rencana ini harus dipersiapkan jauh-jauh hari.

Dalam proses rencana, ada banyak sekali hal yang kamu ketahui. Salah satu yang terpenting adalah struktur bangunan. Adapun struktur paling awal dibuat yakni bernama Sloof dan Tie Beam. Dua aspek tersebut juga sering disebut sebagai pondasi.

Perlu diketahui, bahwasanya pondasi adalah suatu struktur bangunan yang letaknya di bagian bawah sendiri. Sloof dan Tie Beam sendiri berguna menopang seluruh struktur bangunan rumah. Bisa dikatakan, struktur tersebut menjadi bagian terpenting saat akan membangun rumah.

Apabila kamu sebagai pekerja bangunan, maka alangkah baiknya mengetahui Perbedaan Sloof dan Tie Beam. Nah, di kesempatan kali ini Epropertyrack.com akan menjelaskan perbedaan dari dua struktur tersebut di artikel berikut.

Tentang Sloof

Tentang Sloof

Di pembahasan awal ini, kita akan mencari tahu tentang struktur pertama yakni Sloof. Dalam dunia bangunan, Sloof diartikan sebagai struktur bangunan yang berada di atas pondasi dan punya fungsi meratakan beban pondasi. Selain itu, struktur tersebut juga berguna sebagai pengunci dinding supaya tidak terjadi pergeseran tanah.

Dari dua fungsi tersebut, maka disimpulkan Sloof adalah bagian terpenting di bangunan rumah yakni memikul beban dinding rumah. Apabila pembangunan Sloof terstruktur, maka dinding rumah tidak mudah retak atau pecah.

Fungsi Sloof

Adapun tujuan dari Sloof yakni untuk menahan beban di atasnya seperti dinding, jendela, dan kusen untuk diterapkan ke ujung-ujungnya atau ke bagian pondasi agar pondasi tidak langsung menerima beban dari atas. Berikut beberapa fungsi dari Sloof itu sendiri:

  • Bertindak sebagai elemen length-breaking untuk kolom.
  • Membawa kompresi aksial.
  • Mentransfer beban kacau ke kolom.
  • Menghubungkan pondasi kolom atau tiap pancang.
  • Menahan tulangan longitudinal di posisi semula saat beton dicor.
  • Menjaga pijakan menyebar di posisi saat gempa.
  • Sebagai grade beam dan didistribusikan ke beban vertikal.
  • Sebagai pijakan dinding dalam atau luar.
  • Sebagai grade beam di atas pondasi tiang.

Jenis-Jenis Sloof

Dari beberapa ulasan di atas, bisa kita ketahui bahwa Sloof memiliki fungsi utama yakni mengunci dinding agar tidak terjadi pergeseran saat gempa bumi dan dinding tidak mudah rusak. Supaya bangunan Sloof bisa sempurna, maka diperlukan material yang berkualitas. Berikut beberapa jenis Sloof:

  • Besi
  • Kayu
  • Batu Bata
  • Beton Bertulang

Metode Pengerjaan Sloof

Setelah memahami beberapa hal tentang Sloof, selanjutnya kamu bisa memulai membuatnya. Apabila kamu seorang pekerja bangunan, setidaknya sudah tahu metode atau cara dalam pengerjaan Sloof. Jika belum, di bawah ini urutan dalam mengerjakan Sloof:

  • Tentukan dimensi sloof yang sesuai dengan desain struktur bangunan.
  • Tentukan lokasi tempat sloof akan dibangun sesuai dengan desain struktur bangunan.
  • Buat pondasi kerja atau dasar yang datar dan kuat untuk sloof.
  • Ukur dan tandai lokasi sloof sesuai dengan rencana konstruksi.
  • Bentuk bekisting yang akan digunakan untuk membentuk sloof. Bekisting adalah kerangka atau struktur yang menahan beton hingga mengeras.
  • Pasang tulangan baja (biasanya berupa besi beton) di dalam bekisting. Tulangan berfungsi untuk memberikan kekuatan tambahan pada sloof.
  • Campur beton sesuai dengan rekomendasi dalam desain struktur.
  • Tuangkan beton ke dalam bekisting secara bertahap, pastikan tidak ada rongga udara yang terperangkap.
  • Setelah pengecoran selesai, lakukan perawatan beton dengan cara penyiraman atau penutupan dengan bahan yang sesuai untuk mencegah kekeringan terlalu cepat.
  • Setelah beton kering, bekisting bisa langsung dibongkar.

Tentang Tie Beam

Tentang Tie Beam

Setelah paham arti dari Sloof, berikutnya kalian harus tahu tentang Tie Beam. Pada dasarnya struktur itu adalah bentuk lain dari Sloof. Maka, bisa dibilang jika Tie Beam dan Sloof itu sama saja. Meski begitu, bagian ini memiliki fungsi berbeda. Balok Sloof bisa disebut sebagai Tie Beam apabila Sloof berfungsi mengikat pondasi atau kolom bangunan.

Kedua struktur ini sebenarnya sama-sama dipakai untuk tempat bertumpu di pondasi penerus atau menggantung. Di bangunan skala besar, faktor penurunan pondasi penting diperhitungkan dalam menghitung penulangan struktur Sloof/Tie Beam.

Adapun untuk jenis materi yang digunakan di Tie Beam juga tidak berbeda dengan Slof. Mulai dari besi, kayu, batu bata, dan beton bertulang.

Perbedaan Antara Sloof dan Tie Beam

Dari semua ulasan di atas, kita belum menemukan perbedaan antara Slof dan Tie Beam. Meskipun banyak persamaannya, ternyata ada beberapa perbedaan yang harus kamu ketahui. Berikut perbedaan secara spesifiknya.

  • Ukuran Sloof lebih kecil sekitar 15x20cm, sedangkan Tie Beam lebih besar.
  • Pembesian Sloof hanya standar memakai tulangan P12 berjumlah 4 tulangan dan mamakai P6-200, sedangkan pembesian pada Tie Beam lebih variatif.
  • Sloof tidak langsung bertumpu ke tahan, sedangkan Tie Beam langsung ke tanah.
  • Sloof berfungsi sebagai pengaku pasangan dinding, sedangkan Ti Beam berfungsi sebagai pengaku antara pondasi dengan pondasi lainnya.
  • Sloof hanya digunakan pada bangunan skala kecil, sedangkan Ti Beam bisa dipakai di bangunan besar.

Nah, itulah beberapa perbedaan yang bisa kita ketahui. Perbedaan paling spesifiknya di bagian terakhir antara digunakan di bangunan skala kecil dan besar. Dari perbedaan tersebut menjadikan kita lebih paham antara Sloof dan Tie Beam.

Kesimpulan

Demikian ulasan dari Epropertyrack.com mengenai Perbedaan Sloof dan Tie Beam. Adanya ulasan ini tentunya bisa menjadi sumber informasi terkait beberapa komponen dalam dunia bangunan. Selanjutnya kamu bisa membangun rumah dengan benar.

Sumber Gambar: Admin Epropertyrack.com